Media-media tersebut adalah:
1) First Media Grup (beritasatu1.TV beritasatu .com, suara pembaruan,
Jakarta Globe, Suara Pembaruan, The Straits Times, Majalah Investor,
Globe Asia, The Peak, Campus Asia, Student Globe, Kemang Buzz, Campus
Life, Termasuk Beritasatu FM. First Media Grup adalah milik James Riady
(Lippo Grup), konglomerat yang bersahabat baik dgn Bill Clinton dan
terlibat Lippo Gate yg terjadi di AS, ketika James Riady cs tertangkap
memberikan dana politik illegal jutaan dollar kepada timses capres
Demokrat Bill Clinton untuk pemenangan Clinton pada pemilihan Presiden
AS. Uang sumbangan James Riady cs itu kemudian terbukti berasal dari
China Global Resources Ltd, sebuah perusahaan kedok milik China Military
Intelligence (CMI).
2) Media lain yang dikontrak mahal untuk
pencitraan palsu Jokowi adalah Detik Grup. Awalnya dan ngakunya milik
Chairul Tanjung alias CT, tapi sebenarnya milik Salim Grup. Detik.com
Setiap hari, detikcom memuat berita tentang pencitraan palsu Jokowi
puluhan bahkan kadang lebih 100 berita. Chairul Tanjung hanya dipinjam
nama dan bertindak untuk dan atas kepentingan Antony Salim (Salim Grup).
3) Kompas /Gramedia Grup memang tidak segila detikcom siarkan Jokowi,
tapi tetap punya KANAL BERITA KHUSUS untuk mempromosikan Jokowi dan
Ahok. Diprediksi menjelang masa pilpres 2014, Kompas dan Gramedia Grup
akan habis – habisan mendukung Jokowi – Ahok.
4) Jawa Pos Grup.
Tidak melibatkan semua media milik Dahlan Iskan yang jumlahnya 185 TV,
Koran, Online media, dll itu. Sekitar 40% JawaPos Grup dikontrak. Namun,
dipastikan jika Dahlan Iskan mau sebagai capres, Jawa Pos Grup tidak
akan terlalu mendukung Jokowi kecuali mendapat permintaan khusus dari
Chairul Tandjung, tokoh yang merekomendasikan Dahlan Iskan ke Presiden
SBY untuk ditunjuk sebagai Menteri BUMN tahun 2011 lalu.
5)
Yang paling gencar dalam menjilat Jokowi adalah Koran Rakyat Merdeka.
Ada saja berita (palsu) istimewa tentang Jokowi. Kontraknya puluhan
Milyar. Rakyat Merdeka, tertera milik Margiono, Ketua Umum PWI Pusat.
6) Tempo (majalah dan Online) adalah media pelopor yg orbitkan Jokowi
dengan penghargaan “10 Tokoh Terbaik (penghargaan abal-abal), hanya
karena bisa pindahkan Pedagang Kaki Lima (PKL), itu pun dilakukan
setelah hampir setahun bolak balik mengunjungi dan mengundang PKL makan
bersama. Fakta terakhir, PKL Solo kembali ke lokasi awal sebelum pindah
karena di tempat baru dagangan mereka tidak laku.
7) Tribunnews
Grup (Bosowa dan Kompas) juga dikontrak untuk pencitraan palsu Jokowi.
Demikian juga Fajar Grup (Alwi Hamu/Dahlan Iskan). Alwi Hamu juga
merupakan patner bisnis Dahlan Iskan di media dan PLTU Embalut, Kaltim
yang sarat korupsi itu.
8) Metro TV, tidak tahu sekarang
dibayar berapa untuk kontrak pencitraan palsu Jokowi sampai 2014. Tapi
saat Pilkada DKI puluhan milyar. Sejak dapat bisnis iklan dari
Konglomerat – konglomerat pendukung Jokowi, Metro TV jadi corong nomor
satu Jokowi, disamping jadi corong kampanye dan pencitraan Dahlan Iskan
yang memberikan kontrak iklan luar biasa besar dari BUMN – BUMN kepada
Metro TV. Makanya, Surya Paloh, sebagai orang pertama yang didatangi
utusan PDI-P ke kantor Nasdem di Gondangdia Jakarta, pada 10 April 2014.
9) SCTV grup. Pemiliknya Edi dan Popo Sariatmadja malah
menjadi cukong utama. Koordinator media pencitraan Jokowi, membantu
James Riady. Dukungan promosi dan kampanye yang diberikan untuk Jokowi
gratis alias tanpa bayaran, meski diduga sebenarnya sudah mendapatkan
imbalan dari dana pemenangan Jokowi yang telah terkumpul puluhan triliun
dari sumbangan para konglomerat hitam Indonesia.
10) Media
raksasa lain seperti Vivanews grup (TV One, ANTV, Vivanewscom dll) milik
Bakrie meski kontrak dgn Cukong Jokowi tapi porsinya kurang dari 30%,
dan masih melihat perkembangan situasi dan kondisi politik nasional
mengingat Aburizal Bakrie masih berstatus Ketum Golkar dan kandidat
capres. Salah satu yang sangat menonjol, ketika pemilik VivaNews, Andri
Bakrie langsung mencak-mencak marah kepada sidang redsksi VivaNews,
ketika di halaman depan ada iklan Jokowi. Dan, korbanya jajaran pimpinan
redaksi VivaNews mundur semuanya.
No comments:
Post a Comment